heteroculture: Sulang dan Budaya Ngopi IBX583E46ECC8CCF

Dec 13, 2016

Sulang dan Budaya Ngopi

Ilustrasi foto dari sulang.wordpress.com

Menikmati segelas kopi hitam sambil me’lelet’kan ampas kopi halus ke rokok sudah merupakan pemandangan yang lazim/lumrah ditemui di warung-warung kopi di sekitar Sulang.

--------


Sejak lama, anak-anak muda Sulang senang melakukan aktivitas berkumpul, yang untuk selanjutnya disebut nongkrong. Komunitas nongkrong ini, tidak hanya berasal dari satu generasi saja, tetapi lintas generasi. Ada yang merupakan teman di sekolah, teman sepermainan, ada juga guru dan muridnya. Dalam komunitas ini, semua atribut hilang, lebur. Semua sama, setara.

Kegiatan nongkrong ini menimbulkan gagasan dari ‘seseorang’ yang berinisiatif untuk membuat sarana untuk tempat nongkrong yang lebih representatif, yaitu dengan mendirikan warung kopi.

Hal ini terjadi kira-kira di era 90-an, yang waktu itu lagi booming Play Station, rentalan VCD dan Piala Dunia (untuk mengetahui kapan dan siapa yang pertama kali mempopulerkan warung kopi, perlu diadakan riset lebih lanjut).

Dengan berdirinya warung kopi, aktivis nongkrong akhirnya mendapatkan tempat ‘berlabuh’ yang lebih baik dari pada sebelumnya yang (mungkin) hanya bergerombol di ujung-ujung jalan, atau bahkan di pos ronda.

Dilengkapi dengan fasilitas game PS, membuat aktivis nongkrong ini menjadi lebih betah untuk berlama-lama berada di warung kopi, meski hanya dengan ditemani segelas kopi. Kadang, aktivitas nongkrong juga di barengi dengan acara nonton bareng pertandingan sepakbola, yang diakses melalui layar televisi yang telah tersedia.

Pada perjalanannya, keberadaan warung kopi sempat juga mengalami pasang surut. Ada yang terpaksa tutup karena terjadi ‘mis management’, atau karena si ‘owner’nya pindah domisili. Tetapi ada juga yang mengalami perkembangan setelah di’take over’ alias terjadi pergantian pengelolaan.

Dalam benak dan angan-angan saya, aktivitas ngopi ini bisa menjadi sarana untuk transfer teknologi, sarana untuk saling berbagi informasi dan pendapat. Entah itu mendukung atau bahkan meng’kritisi kondisi bangsa ini (dalam lingkup yang lebih khusus, keadaan Sulang).



Warung kopi menjadi tempat bertemunya para intelektual muda Sulang lulusan Yogya, Semarang atau kota lain, dan menularkan pengetahuannya kepada aktivis nongkrong yang tetap tinggal di Sulang, yang semua tetap bermuara pada satu hal, kemajuan Sulang itu sendiri.


Sekian.

--------
Keterangan:
Sulang, sebuah desa di Selatan kota Rembang, Jawa Tengah.

No comments:

Post a Comment