heteroculture: October 2017 IBX583E46ECC8CCF

Oct 24, 2017

Nikmat Kopi di Lidahmu

Vietnam Drip
Seorang teman saya namanya Abdul, biasa dipanggil Doel, termasuk seorang peminum kopi kelas berat. Tiap hari dia selalu minum minimal 2 gelas kopi di tempat kerja, di pagi dan siang hari.

Pernah suatu ketika saya bertanya kepadanya apakah pernah dia tidak ngopi seharian dan apa yang dirasakan? Jawabnya, "Pernah. Rasanya konsentrasi menjadi berkurang!"

Kopi yang biasa dikonsumsi adalah kopi sachetan yang praktis untuk proses penyeduhannya, dan mungkin karena kepraktisannya itulah kopi sachet memiliki banyak sekali penggemar. Dan bagi mereka yang menggemarinya tidak pernah terpikirkan persoalan apakah itu kopi murni, Arabica-Robusta, atau bahkan perisa kopi. Yang penting ngopi, itu saja.


***

Lain si Doel lain pula dengan Zuliant, seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Jepara. Dia dulunya sering mengkonsumsi kopi sachet seperti Doel, tapi setelah sempat mencicipi posisi menjadi seorang barista di salah satu kedai kopi di Jepara, Zuliant langsung balik kanan berpaling kepada kopi giling.

Zuliant sering mengonsumsi kopi single origin dengan metode menggunakan filter V-60. Bahkan karena saking gemarnya, dia sampai membeli alat-alat seduh kopi sendiri. Dia juga sering berbelanja kopi dari berbagai daerah, jenis kopi yang disukainya adalah jenis Arabica.

Sekarang ini Zuliant bahkan sampai berani mengharamkan kopi sachetan, menurutnya kopi sachet itu bukan kopi tetapi minuman yang beraroma dan berasa kopi.

Lagi-lagi itu soal pilihan. Bagaimana cara anda menyeduh kopi, maupun jenis kopi yang anda minum, soal rasa tetap ada pada lidah anda sendiri.

Mau jenis Arabica atau Robusta atau campuran dari kedua jenis kopi tersebut, atau kopi sachet, itu terserah anda sendiri. Apakah kopi akan anda olah dengan cara espresso, americano, vietnam drip, atau tubruk sekalipun, tetap lidah anda yang akan mengatakan nikmat atau tidaknya kopi. Bukan lidah orang lain.