heteroculture: February 2017 IBX583E46ECC8CCF

Feb 10, 2017

Mbah Mik dan Kebun Kelapa

Saya mengenalnya dengan nama Mbah Mik begitu saja, tidak pernah tahu nama sebenarnya. Seorang perempuan tua seumuran dengan nenek, yang setiap subuh berangkat ke pasar menjajakan dagangannya berupa empon-empon dan bumbu-bumbu lainnya.

Mbah Mik ini tinggal sekampung dengan saya tapi beda RT, beliau tinggal di RT 2 sedangkan saya di RT 1. Setiap kali Mbah Mik berangkat ke pasar selalu lewat jalan depan rumah.

Rute yang harus dilewati Mbah Mik adalah dengan melalui kebun kelapa, karena memang itu jalur terdekat agar cepat sampai ke pasar. Kebun kelapa yang banyak ditumbuhi pohon kelapa ketika malam gelap terlihat sepi dan mengerikan. Pohon kelapa yang menjulang seperti raksasa yang siap menerkam siapa saja yang melewatinya. 

Kisah berikut ini kudengar dari kasak-kusuk yang beredar diantara para tetangga, yang melibatkan Mbah Mik dan kebun kelapa itu.

***

Suatu pagi, seperti biasa saban subuh Mbah Mik berangkat ke pasar dengan melewati jalan depan rumah terus melintasi kebun kelapa. 

Suasana masih gelap, masih belum banyak orang yang berlalu lalang di jalan. Mbah Mik berjalan pelan dengan menggendong dunak di punggungnya. 

Ketika sampai di kebun kelapa, sebenarnya perasaan Mbah Mik terasa tidak seperti biasanya. Seperti ada sesuatu yang mengganjal, yang membuatnya gentar melalui kebun kelapa.Tapi keinginan untuk segera sampai di pasar menguatkan tekatnya untuk tetap berjalan menembus kebun kelapa.

Lalu terdengar suara buah kelapa terjatuh di dekat Mbah Mik. Gedebug! Dengan senter kecil yang dipegangnya disorotnya ke arah bunyi terjatuh tadi. Sorotannya mengenai sebutir buah kelapa yang kulitnya berwarna coklat tua, dan segeralah diambilnya lalu ditaruh di dunak yang digendongnya. Pikirnya, "Siapa tahu bisa dijual nanti di pasar". 

Mbah Mik kemudian melanjutkan perjalanan ke pasar, namun dia merasakan keanehan pada dunak yang digendongnya. Gendongannya kali ini terasa lebih berat daripada saat berangkat dari rumah tadi, bahkan makin lama makin terasa berat.

Mbah Mik berhenti sejenak, kemudian menurunkan dunak dari punggungnya. Pandangan matanya tertuju pada buah kelapa yang tadi dipungutnya di kebun kelapa. 

Buah yang tadi berwarna coklat tua, berubah menjadi berwarna merah menyala seperti api. Dan tiba-tiba muncul kilatan-kilatan api berbentuk seperti rambut. Kemudian terdengar suara tertawa yang menusuk-nusuk telinga Mbah Mik.

Mbah Mik langsung lari kencang meninggalkan dunaknya di kebun kelapa, sambil komat-kamit membaca doa sebisanya. Mbah Mik baru berhenti ketika larinya sudah sampai di depan pasar.

Salah seorang teman sesama pedagang melihat Mbah Mik yang badannya basah kuyup berkeringat dan pucat wajahnya lalu bertanya, "Ada apa mbah? Mana daganganmu?"

Sambil sesekali terengah nafasnya, Mbah Mik menjawab "Ada gundul pringis di kebun kelapa! Dunakku tak tinggal di sana!".

-selesai-