Beberapa waktu lalu,
tepatnya pada tanggal 19-24 April 2016, di Jepara diadakan Pameran Replika
Barang-Barang Kartini yang diselenggarakan oleh Komunitas Rumah Kartini,
kebetulan saya kenal dengan pemrakarsa acara tersebut, yaitu mas Apip Qimo.
Pada acara tersebut dipamerkan barang-barang berupa furniture yang
pernah digunakan oleh keluarga Kartini, lukisan dan batik yang pernah dipakai oleh
Kartini
Di tengah kesibukan,
saya sempatkan untuk berkunjung ke pameran tersebut. Di sana, saya bertemu dengan
seorang teman, mas Drajat dan teman ceweknya, juga Zul Ahmad, anak buah. :)
Kemudian kami diajak
berkeliling dan oleh pemandu diceritakan, bahwa contoh kursi yang dibikin
replika berasal dari data di Museum Kartini di Rembang.
Terus mas Drajat tanya
ke saya, “Sudah pernah ke Museum Kartini Rembang?”
Saya jawab, “Seingat
saya belum pernah”
Lalu kami berkeliling lagi
di area pameran dengan ditemani seorang kurator, mas Minthil kalo gak salah
namanya. Hingga tibalah kami di depan replika "Gong Senen". Peninggalan
sejarah yang sampai kini barang aslinya tidak diketahui keberadaannya
Dari cerita mas Apip,
soal Gong Senen ini dia dan teman-teman yang terlibat harus menggali informasi
sebanyak-banyaknya ke orang-orang tua di sekitaran Jepara. Dengan modal yang
ada, akhirnya diputuskan untuk membuat replikanya.
Replika Gong Senen dibuat
oleh 5 orang pemahat ukir. Jumlahnya harus 5 orang dan dari desa Senenan. Kalau
di tengah jalan ada seorang yang mundur, harus dicarikan pengganti agar
jumlahnya tetap 5 orang.
Replika Gong Senen dibuat
dari kayu jati, memakan waktu berbulan-bulan. Finishing menggunakan rendaman
teh dan/atau tembakau. Sayang, kami tidak diperkenankan mengambil gambar replica
Gong Senen tersebut.
Setelah puas
berkeliling dan bercakap-cakap, usailah tur singkat kami. Satu yang perlu
diingat adalah bahwa memelihara apa yang kita punyai itu tidak mudah, dan
biasanya kita akan merasakan betapa berartinya sesuatu itu ketika ia sudah
menghilang.
No comments:
Post a Comment