Saya kadang merasa heran dengan seorang anak yang memilih bekerja di tempat yang sama dengan bapak atau ibunya. Bukan karena apa-apa, ya. Tapi yang menjadi ganjalan buat saya adalah apakah tidak ada rasa kagok atau canggung, harus bekerja bersama dengan bapak atau ibu sendiri.
Setiap hari ketemu di tempat kerja, membahas kerjaan, mereviu hasil kerjaan. Kemudian ketika pulang, sesampai di rumah sambil makan malam atau nonton televisi masih juga membahas kerjaan, mereviu hasil kerjaan dan saling mengingatkan apakah masih ada kerjaan yang tertunda belum dikerjakan atau sudah melebihi tenggat waktu.
Apa gak bosan? Tiap kali ketemu ngomongin kerjaan. Di rumah ngomongin kerjaan, di tempat kerja ngomongin kerjaan juga.
"Tolong buatkan kopi. Awas kalau tidak mau. Kualat kau!!"
"Siap, bos"
Atau posisinya dibalik, si anak jadi bos dan si bapak jadi bawahan. Si anak pengen ngopi, kemudian dipanggillah si bapak.
Baru saja si anak minta dibuatkan kopi, sudah didahului oleh si bapak.
"Awas kualat!!"
***
bing.com |
Berangkat kerja bareng, selalu ngomongin kerjaan baik di tempat kerja atau di rumah. Saya membayangkan jika saya ada di posisi itu, saya akan merasa tertekan. Terasa ada beban berat dan rasa canggung atau kagok harus menghadapi hal itu. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menghadap bapak dan menyampaikan uneg-uneg saya.
"Pak, pecat saya jadi anak. Jangan pecat saya dari kerjaan ini!"
Lho...
No comments:
Post a Comment