Kemarin aku ada urusan yang harus diselesaikan di kota S, sehingga harus berangkat agak pagi biar nanti sampai di sana tidak terlalu siang. Menempuh perjalanan sekitar 30 menit, aku mampir sarapan untuk mengisi perut, njagani, karena biasanya ketika sudah mengerjakan urusan membuat lupa soal perut. Bisa-bisa kelaparan.
Mobil kubelokkan ke salah satu rumah makan di jalan lingkar, sekilas parkiran di rumah makan tersebut tampak penuh dengan kendaraan yang parkir, dan dapat spot parkir di depan toilet.
Ketika keluar dari mobil, aku berpapasan dengan seseorang yang baru saja keluar dari toilet, kami sempat beradu pandang. Pertemuan itu membuatku berpikir, wajahnya seperti kukenal, tapi aku lupa siapa. Awalnya kupikir wajahnya mirip dengan anak dari sepupu jauhku, tapi posturnya tidak setinggi orang yang baru keluar dari toilet. Akhirnya pikiran itu hilang menguap begitu saja.
Memasuki rumah makan, kulihat hampir semua meja dan kursi tampak penuh berisi pengunjung, karena memang ini pas waktunya orang-orang biasanya sarapan pagi. Ketika sedang mencari tempat duduk, aku berpapasan dengan seorang perempuan yang wajahnya seperti kukenal. Wajah seseorang dari waktu yang jauh dan dari tempat yang lampau. Tapi kupikir, ah, paling hanya mirip saja.
Lalu aku disibukkan dengan memilih menu yang hendak kusantap pagi ini. Aku memilih lauk telur ceplok, sayur nangka dan kacang panjang. Lalu duduk di salah satu tempat.
Kebetulan tempatku duduk itu berseberangan dengan perempuan yang berpapasan tadi. Dan kebetulan lagi, dia duduknya menghadap ke arahku sehingga aku bisa lebih leluasa memandang wajahnya sambil mengingat siapa dia sebenarnya. Di sebelahnya, duduk seorang laki-laki yang tadi beradu pandang di depan toilet sewaktu aku memarkir mobil. Sebuah kebetulan yang entah apa.
Di tengah aktivitas makan, aku merasa butuh mengambil kerupuk yang ada di meja belakangku. Lalu aku berdiri mengambil kerupuk itu. Sewaktu berbalik hendak duduk kembali, aku beradu pandang dengan perempuan itu.
Dia tersenyum sambil melakukan gerakan seperti sedang mengingat-ingat, kemudian dia bertanya, "Mas Y?"
"Ya", jawabku.
"Di mana sekarang?", tanyanya lagi.
"Di kota J. Mau kemana?", tanyaku balik.
"Ke kota S"
"Gak kerja?", tanyaku lagi.
"Bolos", jawabnya.
Kami kemudian melanjutkan aktivitas masing-masing. Apa yang ada dibenakku tidak lagi hidangan yang ada di piring di depanku, tapi adalah kenyataan bahwa ternyata dia masih mengenaliku, sedangkan aku sendiri menolak pikiranku bahwa dia adalah perempuan dari masa lampau. Ah, dunia yang sempit dan kebetulan yang entah.
Selesai makan, dia pamitan duluan sambil senyum dan menyapa "Yuk, duluan".