heteroculture IBX583E46ECC8CCF

Mar 7, 2024

Aku Bukan Orang Baik!

AKU bukan orang baik. Tepatnya tidak terlalu baik. Aku juga sering melakukan dosa dan kesalahan yang mungkin banyak orang lain lakukan. Mencuri, mabuk, main perempuan atau tidak beribadah. Meski sewaktu kecil aku sekolah madrasah, tapi sampai sekarang aku tidak lancar mengaji. Aku hanya bisa membaca dengan lancar dan hafal beberapa surat pendek saja. Itu pun karena beberapa surat tersebut sering kubaca kalau aku sedang beribadah. Sekali lagi, kalau sedang beribadah.

Semenjak diterima kerja di sebuah kota besar di ujung barat Pulau ini, aku menjadi akrab dengan hal-hal yang di mata orang banyak dianggap tidak patut. Tidak baik.


Pertama kali menginjakkan kaki di kota ini aku langsung berkenalan dengan Panut, seorang pencopet yang biasa beroperasi di terminal. Perkenalanku awalnya terjadi karena memergoki dia mencopet seorang mahasiswi cantik di sebuah bis kota yang kebetulan aku naiki.

Waktu itu, anehnya aku tiba-tiba lupa dengan segala pesan-pesan baik dari kedua orang tua dan teman-teman di kampung. Waktu itu yang ada di kepalaku adalah pikiran bahwa pencopet itu sungguh memiliki nyali yang cukup besar untuk melakukannya, dan hanya orang-orang pilihan yang sanggup melakukannya. Salah satunya adalah Panut.

Sekian tahun di perantauan sudah membuatku lupa tentang banyak hal dari tempat di mana aku berasal. Siapa nama teman karibku, yang sering mengajak bolos madrasah dan malah mengajak jeguran di kali yang airnya keruh seperti susu. Apa makanan kesukaanku yang selalu kusantap dengan nikmat di setiap acara sedekah bumi setahun sekali.

Banyak hal yang terlupakan. Namun di antara banyak hal yang terlupakan itu, terselip juga satu hal yang masih membekas di ingatanku. Seperti luka yang meninggalkan bekas sayatan di muka Panut sewaktu berkelahi dengan preman di terminal sebelum dia berhasil menaklukkannya, lalu menebusnya dengan tinggal di penjara selama 5 tahun. Hal yang masih membekas, meninggalkan tanda yang begitu sulit untuk dilupakan.

 

src: bing image creator


***


MATAHARI mulai angslup ke peraduannya diiringi semburat berwarna jingga di ufuk barat. Burung-burung berombongan terbang pulang ke sarang. Jendela-jendela segera ditutup dan lampu-lampu mulai dinyalakan. Sebentar lagi dari langit akan terdengar suara azan sebagai penanda bahwa maghrib telah tiba. Orang-orang tua mulai menyuruh anaknya untuk segera masuk ke rumah. Dan jika ada yang belum pulang, mereka akan bergegas mencarinya sampai ketemu dan menggiringnya pulang sambil mulutnya meracau penuh omelan.

Demikian juga denganku dan adik lelakiku. Setiap senja datang dan gelap malam mulai menjelang, kami dilarang untuk keluar rumah. Kata bapak, waktu senja yang merupakan waktu perputaran dari siang menuju malam adalah waktu yang rawan. Pada saat-saat itu candikala akan datang dan mengambil anak-anak kecil yang masih berkeliaran di luar rumah untuk dijadikan santapan makan malamnya. Maka dari itu ketika hari mulai senja, keadaan kampung menjadi sepi. Tidak ada gelak tawa dan celoteh riang anak kecil. Tidak ada suara berlarian anak-anak bermain. Yang boleh berada di luar rumah adalah mereka yang sudah dewasa dan orang-orang tua semacam mbah Usup, seorang veteran perang jaman kemerdekaan yang setiap malam datang ke rumah hanya untuk numpang tidur dengan alasan menonton televisi.

Pernah aku bertanya tentang alasan kenapa anak-anak tidak boleh keluar rumah pada saat senja hari kepada mbah Usup di sela-sela perhatiannya menonton siaran langsung sidang kabinet yang ditayangkan TVRI. Tapi bukan jawaban yang memberikan pencerahan atas rasa keingin-tahuanku melainkan sebuah dampratan yang tak habis-habisnya sampai mbah Usup tertidur kelelahan.

Mbah Usup merupakan orang tertua di kampungku dan dia selalu dijadikan rujukan pertama atas segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah, peristiwa atau hal-hal lain yang terjadi yang berhubungan dengan kampung ini. Apapun yang dikatakan oleh mbah Usup selalu menjadi dogma, selalu benar, selalu dituruti. Tidak ada yang berani membantah apapun perkataannya. Termasuk bapak.

SETELAH dewasa aku mencoba mencari tahu bagaimana sejarah yang tercipta di kampungku. Mbah Usup sudah lama meninggal karena sakit, setelah istrinya mendahuluinya sebulan sebelumnya, tanpa meninggalkan seorang anak pun.

Dari cerita-cerita para tetua kampung sepeninggal Mbah Usup kuperoleh sebuah kisah yang menjadi latar belakang kenapa setiap senja hari anak-anak kecil di kampung ini tidak boleh keluar rumah.

Berpuluh-puluh tahun lalu, Mbah Usup memiliki seorang anak perempuan berambut ikal yang wajahnya sangat cantik. Setiap sore sampai menjelang maghrib ia selalu bermain petak umper bersama teman-teman sebayanya di lapangan dekat kuburan. Pada suatu hari mereka bermain petak umpet, dan ketika seharusnya permainan itu sudah berakhir, anak Mbah Usup tidak pulang ke rumah. Lalu gegerlah seluruh kampung. Semua orang dewasa, laki-perempuan, ikut mencari anak perempuan Mbah Usup itu sampai ke seluruh kampung. Tapi tidak ketemu, tidak pernah ketemu. Sampai sekarang.

***


"PAK, aku ingin pintar mengaji. Agar besok aku bisa mengajari bapak mengaji. Bapak 'kan tidak bisa mengaji", kata Al anak sulungku tiba-tiba membuyarkan segala lamunanku.

Sesal Kemudian Tiada Berguna

Tadi sore selepas pulang madrasah, Zaafa dan Aleyya mainan sepeda di dalam rumah, karena di luar hujan. Selang beberapa lama kemudian terjadi sebuah insiden yang mengakibatkan Aleyya menangis.


Karena kepala pusing sehabis kerja tadi belum juga reda, ditambah capek yang menggunung dan kantuk yang tak tertahankan membuat emosi saya sedikit naik. Lalu saya hukum Zaafa tidak boleh naik sepeda lagi dengan cara saya kempesi ban belakang sepedanya.

Kemudian saya tinggal tidur, dan Aleyya nonton tivi di kamar, sementara Zaafa merajuk ditemani neneknya.

Tiga puluh menit kemudian Zaafa datang dan meminta maaf, bersalaman, kepada saya juga Aleyya. Dan Zaafa kemudian bilang, "Pah, ban depan juga sudah saya kempesi." Saya diam.

Lama-lama kemudian saya mikir, kalau hukuman sudah selesai dan Zaafa boleh naik sepeda lagi, yang bakal repot 'kan saya juga, ngapain tadi ban saya kempesi?

Jan 3, 2024

PERIHAL 2023




Generated by Bing AI


Tahun 2023 sudah berakhir, sekarang sudah memasuki 2024. Apakah ada halhal yang harus dilupakan, atau mungkin patut untuk diabadikan?

1. Membaca

Sepanjang 2023 tidak lagi sering membeli buku yang pada akhirnya hanya menumpuk untuk menunggu dibaca entah kapan sempatnya, tetapi kuputuskan untuk mulai membaca bukubuku yang ada, yang sudah dibeli, yang baru dibaca sebagian harus diselesaikan atau membaca dari awal bukubuku yang lain. Entah itu novel, kumpulan cerita, puisi atau topiktopik lainnya, termasuk majalah tentunya.


2. Menulis

Jika di 2022 aku menulis sekitar 15 judul puisi, di 2023 ini aku menulis 30an judul puisi. Terhitung masih sedikit, tapi lumayanlah masih bisa menuangkan keresahan pikiran tentang segala sesuatu melalui media puisi di tengah keriuhan kehidupan berumah tangga dan pekerjaan seharihari. Ohya, di tahun 2023 ini juga ikut terlibat di Antologi Puisi Membaca Jepara 9.

Selain itu juga memposting tulisan di blog yang cukup lama tidak aktif. Bukan apaapa, hanya sekadar berbagi cerita saja dari sudut pandang dan opini diriku sendiri. Pada 2023 ada sekitar 15 postingan di blog, sementara tahun sebelumnya hanya ada 1 postingan. Sebuah perbandingan yang sungguh njomplang.

Aku juga mulai lagi mengirimkan naskah puisi ke media online, walaupun belum ada yang nembus untuk ditayangkan . Tapi akan terus mencoba.


3. Musik

Aku sudah mulai mencoba untuk menahan diri dari godaan mata agar tidak terbujuk untuk membeli kaset pita lagi, rasanya koleksi yang ada sudah cukup banyak, yang bahkan jarang diputar. Kaset yang sering diputar juga berkisar pada yang ituitu saja. 

Sepertinya selera musikku stuck di musikmusik tahun 1970an, 1980an dan 1990an. Walaupun mungkin ada yang baru, tapi biasanya yang menyanyikan band atau penyanyi lama juga.

Di tahun 2023 ini juga mulai ngeband lagi, walaupun hanya sekadar untuk mengobati kerinduan akan suasana di dalam studio musik yang pernah diakrabi 20 tahun yang lalu, sewaktu masih suka ngeband dengan temanteman setongkrongan. 

Walaupun sudah agak grothalgrathul nggenjreng gitar karena lama gak latihan, apalagi jika harus ngulik melodi gitarnya, dijamin pusing entah berapa keliling. Dan lagulagu yang dimainkan juga kebanyakan lagulagu lama, walaupun sudah masuk di era tahun 2000an.


4. Thrifting

Kesukaan ngethrift alias awulawul kembali memanas. Sering menyambangi tokotoko barang thrift baik di media sosial maupun marketplace, juga dolan di lapak thriftingan yang ada di kota ini. Mencari celana panjang, celana pendek atau baju dan jaket. 

Pertama beli satu, eh lamalama jadi menumpuk gak terhitung lagi berapa jumlahnya. 


5. Kopi

Jika di tahuntahun sebelumnya lumayan sering nongkrong di kedai kopi dengan menikmati kopi filteran, di 2023 ini jarang sekali nongkrong. Apalagi teman yang biasanya menemani nongkrong sudah sibuk dengan kerjaannya, ditambah kedai kopi di dekat rumah malah tutup. Ya sudah, ngopi tetap jalan walaupun sachetan. Kopi filter? Jarangjarang.


6. Halhal lain

Beberapa hal lain:

a. Ngevape, karena penasaran aja sebenarnya, karena kupikir aneh ketika aku merokok tapi kok rasanya buahbuahan. Malah seperti lagi minum jus.

b. Menjadi affiliator marketplace, walaupun belum nampak hasilnya.

c. Menjadi kontributor survey online.

d. Mencoba untuk lebih maknani dan migunani tumraping liyan.

e. Tak sengaja menjadi panitia lomba 17an.

f. Menjadi pejuang giveaway.


Sekian.

Dec 6, 2023

Nrimo ing Pandum

from: bing image creator

Nek jare D'massive "Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah."

Yakinlah apa yang kita terima adalah yang terbaik menurutNya.

Jare Dewa, "Relakanlah saja ini bahwa semua yang terbaik."

Aku kelingan jaman ijek kuliah kae nate jagong karo kenalan cewek sing ora seagama ro aku, tapi aku lali jagonge kuwi melalui telepon apa chatting.

Deweke cerita nek sebagai non muslim, deweke nglakoni ibadah sebagai ungkapan rasa terima kasih karena untuk kehidupan di akhiratnya sudah dijamin, bukan karena mengharap mendapat imbalan atau apa.

Beberapa tahun sakwise jagongan kuwi, Ahmad Dhani gawe lagu karo almarhum Chrisye sing ning lirik lagune muni kaya ngene, "Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepadaNya?"

Rahman RahimNya itu luas tidak berbatas, sudah sepatutnya jika ucapan syukur dan terima kasih selalu dipanjatkan padaNya. Bukan karena pamrih agar nikmatNya ditambah, tetapi sebagai wujud cinta padaNya.

Semoga kita semua terhindar dari menjadi umat yang penuh pamrih dan perhitungan terhadapNya.

\m/